A. PELATIHAN SISTEM DJP PORTEX
Reformasi perpajakan di Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan sistem perpajakan yang modern, efisien, dan akuntabel. Salah satu inovasi yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah PORTEX (Portal Ekstensifikasi Pajak), yang dirancang untuk mempermudah proses ekstensifikasi wajib pajak dan administrasi data secara digital.
Meskipun PORTEX menawarkan berbagai manfaat, seperti pengelolaan data wajib pajak yang terstruktur, pengurangan beban administrasi manual, dan peningkatan transparansi, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada kemampuan pengguna sistem. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan komprehensif untuk memastikan para pengguna, khususnya operator pajak, memahami dan mampu menggunakan PORTEX secara optimal.
Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam dan keterampilan teknis terkait penggunaan PORTEX, sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan reformasi perpajakan di tingkat nasional dan daerah.
B. TUJUAN PELATIHAN
C. SASARAN PESERTA
Pelatihan ini ditujukan untuk:
Jumlah peserta: 30-50 orang (disesuaikan dengan kapasitas pelatihan).
D. RUANG LINGKUP PELATIHAN
Pelatihan ini akan mencakup tiga aspek utama:
E. MATERI PELATIHAN
Modul 1: Pengantar PORTEX
Modul 2: Fitur dan Fungsi PORTEX
Modul 3: Penggunaan Sistem PORTEX (Praktik Langsung)
Modul 4: Optimalisasi dan Pemecahan Masalah
Modul 5: Evaluasi dan Monitoring
F. METODE PELATIHAN
Pelatihan akan dilaksanakan dengan metode:
G. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
H. ANGGARAN KEGIATAN
I. INDIKATOR KEBERHASILAN
J. PENUTUP
Pelatihan DJP PORTEX ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi peserta dalam pengelolaan perpajakan berbasis digital, khususnya dalam proses ekstensifikasi wajib pajak. Dengan kerja sama dan dukungan dari seluruh pihak, pelatihan ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi pengelolaan perpajakan yang lebih modern dan transparan.
Era Ekonomi Digital telah memicu peningkatan transaksi bisnis dan perdagangan. Untuk menguatkan Industri Dalam Negeri, Pemerintah Indonesia mensyaratkan penggunaan sebesar-besarnya Produk Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang nilainya lebih dari Rp. 2000 Triliun serta Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Kabupaten dan Kota se Indonesia yang mencapai lebih dari Rp. 750 T merupakan peluang bagi dunia usaha untuk mendapatkan proyek dan pekerjaan dari sektor pemerintah. Dari sektor energi, khususnya minyak dan gas, nilai Belanja Modal (CAPEX) per tahun yang juga sangat besar, membuka kesempatan bagi para pelaku bisnis untuk mendapatkan pekerjaan.
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) adalah nilai isian dalam persentase dari komponen produksi dalam negeri termasuk biaya pengangkutannya yang ditawarkan dalam daftar penawaran harga barang maupun jasa. TKDN digunakan salah satunya untuk proyek-proyek Engineering Procurement & Construction (EPC), karena untuk pengadaan (Procurement), banyak mesin dan alat-alat yang bahan bakunya masih berasal dari luar negeri tapi perakitannya dilakukan di dalam negeri, sementara Pemerintah berharap, untuk proyek-2 yang akan dilaksanakan, lebih banyak menggunakan bahan dan jasa dari dalam negeri. Untuk itu, maka penilaian penawaran peserta pengadaan barang / jasa tidak hanya dari segi teknis dan harga tapi juga dari tingkat komponen dalam negeri yang dikandung oleh barang maupun jasa yang ditawarkan.
TKDN merupakan salah satu preferensi dalam menentukan pemenang dalam proses pengadaan barang / jasa di lingkungan Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan SKK Migas, serta perusahaan sektor turunannya. Setiap perusahaan dituntut kemampuannya untuk senantiasa mengadaptasi perobahan tuntutan lingkungan strategis di atas. Khusus dalam bidang industri manufaktur, setiap perusahaan didorong pemerintah terus meningkatkan penggunaan Komponen Dalam Negeri. Pemerintah memberikan insentif terhadap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tertentu yang dimasukkan dalam proses produksi pada pelbagai jenis industri.
TUJUAN PELATIHAN TKDN
MATERI PELATIHAN TKDN
Dalam era perdagangan global sekarang ini arus barang masuk dan keluar sangatlah cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya, para pengusaha dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor dan impor, baik dari kepabeanan, shipping maupun perbankan, yang semuanya ini saling berkaitan dan selama ini sering terjadi permasalahan dilapangan. Salah satu kunci /cara untuk bisa memanage permasalahan diatas adalah dengan mengikuti program yang kami beri tema Import Management, Shipping and Customs
Pelatihan ini khusus diberikan, didisain dan dikembangkan bagi para eksekutif ekspor impor untuk memberikan keterampilan pemahaman yang mendalam mengenai prosedur ekspor impor secara terpadu baik dari sisi Kepabeanan, Shipping dan Perbankan. Di akhir pelatihan, peserta akan semakin merasakan manfaat pelatihan dengan diberikan latihan pengisian dokumen ekspor – impor dengan benar serta permasalahan – permasalahan yang selama ini sering dialami dilapangan terutama yang berkaitan dgn Bea Cukai, Shipping Company dan Banking.
Siapa yang perlu mengikuti :
Eksekutif, supervisor, senior staf dibidang ekspor impor dari perusahaan - perusahaan yang melakukan ekspor impor, Perusahaaan Niaga / Industri / Pertambangan / Otomotif, BUMN dan Swasta, Bank BUMN, Swasta Nasional dan Asing, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Pelayaran, dll.
Module Training :
Perdagangan Internasional
SYARAT PENYERAHAN BARANG INCOTERM 2020
SHIPPING AND TRANSPORTATION
PORT ACTIVITIY MANAGEMENT
Transport Document,
MODUL CEISA EKSPOR IMPOR
PUNGUTAN PABEAN
PERUBAHAN HS CODE BTKI 2017 ( No.6/PMK.010/2017) menjadi BTKI 2022(No.26/PMK.010/2022)
CERTIFICATE OF ORIGIN DAN FREE TRADE AGREEMENT
PORTAL INSW, LARANGAN PEMBATASAN EKSPOR IMPOR, dan LARTAS POST BORDER
Apakah manajemen mutu total (TQM) itu? Manajemen mutu total (TQM) adalah proses yang berorientasi pada pelanggan yang bertujuan untuk perbaikan berkelanjutan operasi bisnis. Memastikan bahwa semua karyawan dan pekerjaan mereka selaras dengan tujuan bersama untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan, menunjukkan peningkatan dan perbaikan berkelanjutan melalui umpan balik berkelanjutan. Dukungan dan komitmen yang kuat dari manajemen merupakan faktor dan prinsip utama yang dapat memengaruhi keberhasilan penerapan sistem TQM dalam organisasi. Seluruh proses penerapan sistem TQM dibagi menjadi beberapa fase, yaitu fase perencanaan, fase pelaksanaan, fase pemeriksaan, dan fase tindakan.
Keberlangsungan suatu bisnis sangat bergantung pada seberapa baik sistem yang dibangun dalam perusahaan dapat mendorong seluruh karyawannya melakukan Continuous Improvement (Kaizen) untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Total Quality Management (TQM) merupakan sistem manajemen yang mengintegrasikan sistem, proses dan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan untuk menghasilkan jasa atau produk yang berkualitas sesuai harapan pelanggan secara konsisten. Kunci keberhasilan TQM terletak pada bagaimana menyelaraskan visi, misi dan sasaran perusahaan agar dapat dijalankan dengan konsisten hingga ke operasional, dengan melibatkan seluruh karyawan melakukan continuous improvement (Kaizen)
Tujuan utama dari Pelatihan Manajemen Mutu Total (TQM) ini adalah untuk memberdayakan para profesional dengan pengetahuan dan informasi terperinci tentang manajemen mutu total, keterampilan, pemahaman, dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk ikut serta dan memainkan peran penting dalam penerapan sistem manajemen mutu total dalam organisasi, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan dan kemajuan karier kepercayaan diri dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melatih para profesional lain tentang manajemen mutu total, kemampuan dan pengetahuan untuk berkontribusi pada pertumbuhan dan pengembangan organisasi dengan memberikan mutu yang lebih baik, mengikuti persyaratan klien, kepercayaan diri, pengalaman, dan pemahaman untuk memeriksa proses dan prosedur yang ada yang diikuti dalam organisasi untuk kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan dan menyarankan perubahan jika diperlukan keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja dengan alat dan konsep canggih untuk menyiapkan sistem manajemen mutu total dalam organisasi, pengetahuan, kepercayaan diri, dan pengalaman untuk bekerja di organisasi atau industri mana pun dalam peran terkait manajemen mutu, sehingga meningkatkan peluang untuk pertumbuhan dan kemajuan karier.
Course Outline
METODE TRAINING:
Efisiensi biaya, kemampuan untuk berinovasi, dan nilai kepada pelanggan salah satunya berasal dari bagaimana cara melakuakan proses pengaturan procurement dan bagaimana menjaga hubungan dengan supplier. Dalam prakteknya dalam proses procurement seringkali timbul permasalahan dalam proses pelaksanaannya, mulai dari perencanaan yang tidak terintegrasi, perubahan harga dan pasokan tersedia, seleksi supplier yang mengundang potensi fraud, miskomunikasi, hingga Vendor/Supplier yang wan prestasi terhadap order & kontrak.
Tujuan dari training ini adalah untuk memberikan knowledge tetang prinsip-prinsip utama dan teori manajemen pembelian dan perannya dalam organisasi tertentu. Termasuk dalam konteks yang lebih luas dari jaringan pasokan kompleks global, dapat membantu organisasi perusahaan dalam mengatasi tantangan kompetisi, dan berkontribusi dalam mendukung pengembangan organisasi perusahaan dalam sekala makro.
Dengan pelatihan procurement purchasing ini, maka peserta dapat memahami prinsip, teori, dan praktik manajemen procurement dan pasokan yang sudah mapan, evaluasi secara kritis, dan hubungkan ke berbagai aspek kinerja, memahami peran pembelian dan manajemen pasokan dalam organisasi, dan juga terhadap proses manajemen rantai pasokan lainnya, memahami dan menjelaskan proses manajemen pembelian, strategi pasokan, dan hubungan pemasok dalam berbagai konteks, menganalisis dan menilai secara kritis semua kekuatan strategi pasokan.
MANFAAT PELATIHAN
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan memiliki kemampuan untuk:
METODE PELATIHAN
Class presentation, discussion, study analysis
TARGET PESERTA
Para Profesional di bidang:
Outline:
A. OVERVIEW PROCUREMENT MANAGEMENT
B. PERANAN PROCUREMENT DALAM ORGANISASI DAN SUPPLY CHAIN
C. PROCUREMENT STRATEGY GUIDANCE
D. Procurement administration process
E. SUPPLIER RELATIONSHIP MANAGEMENT VENDOR SELECTION AND EVALUATION STRATEGY
F. PROCUREMENT RISK MANAGEMENT
Salah satu faktor keberhasilan industri Jepang dan industri kelas dunia adalah penerapan Total Quality Management (TQM) secara efektif dengan pembentukan Small Group Activity (SGA) atau disebut juga Quality Circle (QC). Karena keberhasilan ini, sejumlah industri negara maju dan sedang berkembang termasuk Indonesia, menerapkan TQM dengan membentuk SGA untuk meningkatkan mutu, produktivitas dan daya saing menuju World Class Manufacturing/Services.
Konsep dalam PDCA (Plan-Do-Check_-Act) melihat bahwa proses yang terjadi dalam suatu aktivitas yang bermutu, misalkan aktivitas bisnis merupakan suatu lingkaran yang terdiri dari empat buah langkah. Training ini akan membahas mengenai penggunaan metode PDCA pada suatu proses aktivitas di perusahaan, disertai dengan studi kasus di lapangan.
Gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam perusahaan dengan goal untuk melakukan peningkatan yang berkelanjutan bagi perusahaan tersebut. Gugus Kendali Mutu merupakan salah satu sarana efektif perusahaan untuk mengikutsertakan seluruh staffnya dalam suatu kegiatan yang bertujuan meningkatkan kinerja Perusahaan pada umumnya.
Dalam prakteknya perusahaan sering lebih memperhatikan manajemen operasional saja namun kurang memperhatikan sumber daya manusia yang berada di lapangan. Padahal, SDM lapangan inilah yang banyak mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan dan bahka mereka pula yang sering menyelesaikannya.
TUJUAN TRAINING GUGUS KENDALI MUTU (GKM) & PDCA DELTA
Peserta memahami tentang berbagai hal untuk merencanakan, mengoperasikan dan mengevaluasi SGA agar kinerja perusahaan meningkat Menuju World Class Manufacturing/ Services. Peserta diharapkan mampu untuk memahami proses Quality Control di perusahaan. Peserta dapat memahami bagaimana pengaplikasian metode PDCA dalam aktivitas bisnis.
MATERI TRAINING GUGUS KENDALI MUTU (GKM) & PDCA DELTA
METODE TRAINING:
Tetapi seringkali implementasi dari CI mengalami kendala. Salah satunya adalah tentang bagaimana methodology dari implementasi CI itu sendiri yang sering membingungkan para pelaksana CI. Selain itu yang tidak kalah krusialnya adalah tentang approval dari Management untuk menyetujui pelaksanaan suatu improvement. Karena bagaimanapun juga kegiatan improvement akan mengeluarkan biaya yang terkadang masih dipandang menjadi suatu beban oleh manajemen.
Tool / Format A3 akan bisa menjawab permasalahan diatas yang sering dialami ketika CI diimplementasikan. Tool A3 sendiri adalah format kertas berukuran A3 yang digunakan untuk memudahkan melihat secara visual rencana pelaksanaan CI. Terutama sangat berguna bagi jajaran Top Management untuk melihat rencana pelaksanaan CI serta melihat target Impact yang akan di dapatkan sehingga memudahkan untuk memberikan Approval pelaksanaan CI. Format A3 akan membimbing implementasi CI dengan metodologi yang terstruktur, tema dan background yang jelas. Observasi masalah dan problem solving dengan menggunakan tools problem
solving yang tepat serta time frame pelaksanaannya. Target setting juga akan dapat dengan mudah dilihat pada format A3 ini.
Banyak masalah yang menghambat pencapaian target perusahaan, namun kesulitan menentukan mana yang prioritas, dan memberikan dampak signifikan bagi perusahaan. Karyawan cenderung akan menyelesaikan masalah yang mudah terlebih dahulu, namun belum tentu berdampak besar bagi kemudahan kerja dan penyelesaian masalah perusahaan keseluruhan .
Program pemecahan masalah dengan metode PDCA (Plan– Do – Check – Action), sudah terbukti memberikan dampak positif di banyak perusahaan besar seperti Toyota, Honda, Bank BCA, Indofood, Astra Group dan lain-lain. Program pemecahan ini menekankan pada proses identifikasi masalah prioritas yang terukur dan signifikan, identifikasi akar penyebab masalah yang tajam dan SMART, Identifikasi solusi yang menekankan pada “low Cost but High Impact” melalui creative & innovative thinking, serta standarisasi proses dan hasil agar hasil perbaikan menjadi standar perusahaan.
Objektif Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan ini, Anda diharapkan mampu :
CAKUPAN MATERI TRAINING:
Materi Training
METODE TRAINING:
SYLLABUS OUTLINE:
A. Konsep HPS/OE & Penyusunan Spesifikasi Produk
B. Penyusunan Spesifikasi Manajemen Proyek, Jasa Konsultan, & Layanan Jasa
C. Metode Survey Harga
D. Analisa Biaya Investasi & Umur Ekonomis Kepemilikan
E. Analisa Komponen Biaya dalam Penawaran Supplier/Vendor
F. Simulasi Penyusunan HPS/OE Pengadaan Aset & Investasi
G. Simulasi Penyusunan HPS/OE Manajemen Proyek, Jasa Konsultan, & Layanan Jasa
H. Dokumen Rencana Kerja & Syarat-Syarat (RKS)
I. Pengadaan Internasional
Suatu proses Supply Chain secara aliran adalah jaringan pemasok, manufaktur, perakitan, distribusi, dan fasilitas logistik yang melakukan fungsi procurement material, lalu merubah material tersebut ke dalam produk setengah jadi maupun produk siap pakai, dan didistribusikan produk-produk tersebut kepada Customer. Manajemen Supply Chain adalah pendekatan sistem untuk mengelola seluruh arus informasi, material, dan kas dari pemasok bahan baku melalui pabrik-pabrik dan gudang ke konsumen akhir. SCM telah muncul sebagai solusi untuk kemampuan produktivitas dan daya saing manufaktur. Dengan SCM maka perusahaan dapat mendesain dan mengelola proses-proses yang melintasi batas-batas organisasi dengan tujuan untuk menyesuaikan penawaran dan permintaan dalam cara yang paling efektif dan costly.
Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif, penting bagi perusahaan untuk mengelola logistik mereka secara profesional. Profesionalisme dalam logistic management bukan sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan. Hal ini karena efisiensi dalam rantai pasokan dan pengiriman produk memiliki dampak langsung terhadap kepuasan pelanggan. Dalam persaingan bisnis global yang ketat, kepuasan pelanggan adalah segala-galanya.
Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif, penting bagi perusahaan untuk mengelola logistik mereka secara profesional. Profesionalisme dalam logistic management bukan sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan. Hal ini karena efisiensi dalam rantai pasokan dan pengiriman produk memiliki dampak langsung terhadap kepuasan pelanggan. Dalam persaingan bisnis global yang ketat, kepuasan pelanggan adalah segala-galanya.
Perusahaan yang mampu mengelola logistik mereka dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Mereka dapat mengurangi biaya operasional, meningkatkan waktu pengiriman, dan memberikan layanan pelanggan yang lebih baik. Kesadaran akan pentingnya profesionalisme dalam logistic management ini harus diterapkan di semua tingkatan organisasi, dari tingkat eksekutif hingga tingkat operasional.
TUJUAN
Siapa yang harus hadir pada Training ini :
Logistics /Supply Chain Manager, Purchasing Manager, Warehousing Manager, Distribution Manager, Logistics Planner, Production manager, Production Planner, Marketing Manager dan semua posisi yang erat kaitannya dengan manajemen logistik serta siapa saja yang ingin mengetahui perkembangan terakhir Supply Chain Management.
Outline
FASILITATOR: SUTOMO ASNGADI, SS, MM, CPPP, CPCM, CLSCP, MPM
I. Latar Belakang
Geographic Information System (GIS) adalah teknologi yang memiliki peran penting dalam pengelolaan data spasial dan perencanaan wilayah. Pemanfaatan GIS memungkinkan Pemerintah Daerah untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan efisien dalam berbagai bidang, seperti tata ruang, transportasi, pengelolaan sumber daya alam, mitigasi bencana, hingga pelayanan publik. Namun, implementasi GIS yang optimal membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan memahami penggunaan perangkat lunak GIS serta analisis data spasial. Oleh karena itu, pelatihan GIS untuk pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah menjadi sangat penting guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi mereka.
II. Tujuan Pelatihan
III. Sasaran Peserta
IV. Materi Pelatihan
V. Metode Pelatihan
VI. Waktu dan Tempat
VII. Fasilitator
Pelatihan akan dipandu oleh tim profesional di bidang GIS yang memiliki pengalaman akademik dan praktis.
VIII. Penutup
Melalui pelatihan ini, diharapkan Pemerintah Daerah dapat meningkatkan efisiensi kerja dan kualitas layanan publik melalui pemanfaatan teknologi GIS. Dengan kompetensi yang lebih baik, Pemerintah Daerah akan lebih siap dalam menghadapi tantangan pembangunan dan pengelolaan wilayah.
Kami berharap dukungan penuh dari pihak terkait untuk menyukseskan program pelatihan ini.
1. Latar Belakang
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) merupakan sistem yang dirancang oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam pengelolaan data pemerintahan daerah. Dengan kemajuan teknologi dan tantangan pengelolaan data yang semakin kompleks, pelatihan intensif diperlukan untuk memastikan para pemangku kepentingan di tingkat daerah memahami dan mampu mengoperasikan SIPD dengan optimal.
Sejalan dengan program transformasi digital pemerintah pada tahun 2025, pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di bidang tata kelola pemerintahan berbasis teknologi informasi.
2. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan Kompetensi SDM: Memberikan pemahaman mendalam tentang fungsi dan manfaat SIPD.
Meningkatkan Efisiensi: Mendorong penggunaan SIPD dalam perencanaan, penganggaran, dan pelaporan keuangan daerah.
Mendukung Transformasi Digital: Mengintegrasikan teknologi informasi dalam tata kelola pemerintahan daerah.
Meningkatkan Transparansi: Memastikan akuntabilitas pengelolaan data pemerintahan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
3. Sasaran Peserta
Pelatihan ini ditujukan untuk:
4. Materi Pelatihan
5. Metode Pelatihan
Pelatihan akan dilaksanakan dengan metode:
6. Narasumber
Pelatihan ini akan menghadirkan:
7. Penutup
Dengan pelatihan ini, diharapkan para peserta mampu meningkatkan kemampuan dalam mengelola SIPD secara efektif sehingga mendukung optimalisasi tata kelola pemerintahan daerah. Kami mengundang seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan ini demi kemajuan bersama.
A. LATAR BELAKANG
Penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai dinamika dalam perkembangan Pemerintahan Daerah ditujukan untuk menjawab kendala penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Perubahan
kebijakan Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah memberikan dampak yang cukup besar bagi perubahan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pemerintahan Daerah, termasuk pengaturan mengenai perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah.
Penerapan pendekatan kinerja bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah menuntut Pemerintah Daerah fokus pada kinerja terukur dari program kerja sampai dengan detail aktivitas dengan mempertimbangan asas efektivitas, efisiensi, dan ekonomis. Penetapan tolok ukur dalam pendekatan ini mempermudah Pemerintah Daerah dalam melakukan pengukuran kinerja guna
mencapai tujuan dan sasaran pelayanan publik. Karakteristik dari pendekatan ini melibatkan proses untuk mengklasifikasikan anggaran berdasarkan kejelasan aktivitas dan organisasi penanggungjawab pencapaian kinerja dan pelaksanaan anggaran.
Perencanaan pembangunan dan penganggaran yang telah diklasifikasikan sampai dengan sub kegiatan ditujukan untuk mempermudah stakeholders dalam melakukan pengukuran kinerja dengan cara terlebih dahulu membuat indikator dan target yang spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, memiliki batas
waktu pencapaian, dan secara terus-menerus ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan keselarasan, kejelasan, dan ketertiban perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah.
Dalam rangka mencapai tujuan keselarasan, kejelasan, dan ketertiban perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah dimaksud, perlu disusun pedoman Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah bagi Pemerintah Daerah secara elektronik dengan dukungan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah. Sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung dalam mengintegrasikan dan menyelaraskan proses bisnis pelayanan publik Pemerintah Daerah terkait perencanaan pembangunan dan keuangan daerah.
B. TUJUAN
Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur) ditujukan untuk menyediakan informasi secara berjenjang melalui penggolongan, pemberian kode, dan daftar penamaan yang akan digunakan Pemerintah Daerah dalam
perencanaan pembangunan dan keuangan daerah yang disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah dan keuangan daerah. Informasi dimaksud digunakan untuk:
C. MANFAAT
Untuk itu diperlukan adanya Bimbingan Teknis (Bimtek) dalam menigkatkan kompetensi SDM (competenscy based training) yang membutuhkan struktur kurikulum dan silabus yang berbasis kompetensi yang sering diistilahkan sebagai kurikulum berbasis kompetensi. Sebagai wujud peningkatan terhadap kemampuan kompetensi teknis dalam melaksanakan tugasnya yang harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan kompetensi bidang masing-masing.
Adapun kurikulum yang akan dibahas dalam bimtek meliputi :